Sunday, October 18, 2009

ASAL USUL SONGKET

Songket merupakan sejenis kain yang biasanya ditenun tangan, dan mempunyai corak rumit benang emas atau perak. Perkataan songket bermaksud membawa keluar atau menarik benang daripada kain atau menenun menggunakan benang emas dan perak.
Dari segi sejarah, ia hanya dipakai golongan bangsawan - keluarga kerabat diraja dan orang besar negeri. Kehalusan tenunan dan kerumitan motif corak songket ketika itu menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seseorang pembesar. Ia telah terkenal di Malaysia dan Indonesia sejak abad ke-13 yang lampau.
Songket punya nilai sejarah yang tinggi sebagai fabrik warisan agung. Selain mengangkat martabat si pemakai, motif dan warna tenunan songket melambangkan kedudukan seseorang.

Sejarah songket

Sejarah dari mana datangnya kain songket itu tidak dapat dipastikan dengan tepat, namun dan asal usul perkataan songket dikatakan berasal daripada ‘menyungkit’ kerana dalam bahasa Siam ‘kek’ membawa erti menyungkit selain ‘songkok’ (China) membawa maksud yang sama.
Mengikut Robyn Maxwell (1990), pengetahuan orang Melayu mengenai teknik songket mungkin diambil daripada orang Cina yang memperkenalkan bahan logam tetapi kehadiran budaya dari Timur Tengah, Parsi, Turki dan Moghul (India) telah memperkukuhkan lagi penghasilannya.
Tidak banyak diketahui mengenai asal songket, tetapi kemungkinannya penenunan songket berkembang di Malaysia melalui perkahwinan antara keluarga diraja, yang merupakan strategi penyatuan biasa sekitar abad ke-15.
Songket menggunakan teknik tenunan, di mana benang emas ditenun antara benang sutera pada kain latar. Fibrik yang mewah dan mahal ini menggambarkan struktur sosial dikalangan bangsawan Melayu.

Corak dan motif

Corak dan motifnya memaparkan ciri-ciri unik identiti orang Melayu dan sekali gus mencerminkan cita rasa budaya bangsa yang mekar dalam persekitaran yang kaya dengan keindahan dan keunikan. Antara corak yang digunakan:
Susunan bunga penuh
Susunan bunga bertabur
Susunan bercorak
Motif yang digunakan pula adalah seperti:
Motif Tumbuh-tumbuhan
Motif Binatang
Motif Alam/Benda
Motif Kuih
[sunting]Proses pembuatan

Secara ringkasnya proses menenun songket adalah dengan menggunakan teknik menyungkit iaitu menggunakan lidi buluh atau bilah nibung melalui benang loseng (warp) di permukaan alat tenun yang dipanggil kek tenun. Proses menyungkit dilakukan setelah benang karat butang disediakan. Benang karat butang digunakan untuk membuat reka corak atau sulaman benang emas.
[sunting]Mencelup benang
Benang perlu dibersihkan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Setelah pewarnaan dibuat benang perlu di keringkan, sebelum kerja selanjutnya dilaksanakan.
[sunting]Melerai benang
Pelenting yang diperbuat daripada buluh kecil digunakan untuk melilit benang. Proses ini dilakukan dengan bantuan alat darwin dan alat pemutar rahat.
[sunting]Menganeng benang
Proses membuat benang loseng yang diregang di alat penenun bagi menentukan saiz panjang atau jumlah helai kain yang akan ditenun.
[sunting]Menggulung
Benang-benang yang diregang di alat menganeng (ianian) digulung dengan sekeping papan loseng.
[sunting]Menyapuk benang
Setelah benang loseng dimasukkan ke dalam gigi atau sikat jentera, kerja-kerja menyapuk dilakukan. Dua urat benang loseng dikaitkan melalui setiap celah gigi jentera.
[sunting]Mengarak benang
Karak dibuat daripada benang asing yang digelung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli sewaktu menenun.
[sunting]Menyongket benang
Proses mereka corak di atas benang loseng dengan menggunakan alat yang di panggil lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat dan dikenali sebagai proses ikat butang.
[sunting]Menenun
Alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah-celah benang loseng mengikut corak yang telah ditentukan hinggalah menjadi sekeping kain. Kain yang telah siap ini dipotong mengikut saiz.
[sunting]Songket kini


Hari ini, pemakainya lebih menyeluruh, tidak terhad kepada kerabat diraja. Cara pemakaiannya juga lebih meluas, bersesuaian dengan majlis begitu juga corak dan motifnya yang semakin kontemporari, sesuai dengan perubahan dan peredaran masa. Suasana yang melatari songket kini turut berubah selaras dengan peredaran masa.
Kini, usaha untuk memastikan kesinambungan industri songket masih berterusan dan secara relatifnya berjaya mencapai tahap yang memuaskan sehingga songket semakin popular digunakan sebagai busana majlis perkahwinan, hantaran perkahwinan, cenderahati dan hiasan dinding.
Peningkatan kos penghasilan sutera, benang emas dan perak serta perubahan fesyen dan trend sedikit sebanyak mempengaruhi industri songket seawal pertengahan abad ke-20.
[sunting]Pejuang songket

Usaha memartabatkan industri songket Malaysia ke persada fesyen tanah air dan antarabangsa dicetuskan oleh Allahyarham Datin Seri Endon Mahmood.
Perjuangan Allahyarham Endon yang tidak mengenal putus asa menganjurkan pelbagai program bagi mengembalikan kegemilangan songket Melayu seolah-olah memberi nyawa baru kepada industri seni fabrik yang menjadi identiti masyarakat Malaysia.
[sunting]Rujukan




Tenun Songket
Tenun Songket merupakan seni budaya spesifik dibelahan benua Asia yang berasal dari daratan negeri Cina, keberadaannya lebih kurang sejak 1000 tahun yang lalu. Dalam kisah perjalanan yang cukup panjang. Tenun Songket setelah itu hadir di Negeri Siam (Thailand), kemudian menyebar ke beberapa negara bagian di Semenanjung Negeri Jiran Malaysia. Seperti ke Selangor, Kelantan, Trengganu dan Brunai Darussalam kemudian menyeberang ke pulau Andalas yaitu ke Silungkang, Siak dan Palembang. Yang mana Songket Silungkang berasal dari Negara Bagian Selangor, sedangkan Songket Pandai Sikek berasal dari Silungkang dan Songket Payakumbuh berasal dari Pandai Sikek. Yang membawa ilmu songket dari Selangor ke Silungkang yaitu Baginda Ali asal Kampung Dalimo Singkek beserta hulubalang beliau yang diperkirakan pada abad ke 16 dan lebih kurang sudah sejak 400 tahun yang lalu.

Pada tahun 1910 Songket Silungkang telah berkiprah di gelanggang Internasional pada Pekan Raya Ekonomi yang berlangsung di Brussel ibukota Belgia. Yang mendemonstrasikan cara bertenun pada waktu itu yaitu Ande BAENSAH dari Kampung Malayu, dan dikala itu hanya dua daerah penghasil Songket dari Indonesia yang ikut didalam Pekan Raya Ekonomi tersebut yaitu Silungkang dan Bali. Seperti Songket Bali itu sendiri berasal dari Negeri Sungai Gangga India. Di tahun 1920, Ismail, Kampung Dalimo Godang, adik dari Ongku Palo pergi merantau kenegeri Indo Cina, seperti Vietnam, Birma dan Laos yang membawa barang dagangan berupa kain Songket, kain Batik, kain Lurik serta kain sarung Bugis dari Makasar.

Kemudian menyusul pada tahun 1921 yaitu Muhammad Yasin kampung Panai Empat Rumah pergi merantau ke Calcutta sebuah kota yang terletak diujung pantai timur India, membawa barang dagangan yang sejenis dengan barang dagang yang dibawa Ismail ke Indo China. Apa kata Om Frans dari Maluku, bagi kami orang Maluku belum bisa dibilang Dehafe (Elite) apabila salah satu keluarga disana belum menyimpan sekurang-kurangnya 20 helai kain Songket tenunan Silungkang. Begitu juga pakaian adat perkawinan di Minahasa Sulawesi Utara, seperti penganten wanitanya juga memakai kain Songket tenunan Silungkang, yang mana warga dari kedua daerah tersebut sangat bangga sekali memakai kain Songket tenunan Silungkang, sebagaimana bangganya masyarakat Minangkabau memaki kain sarung Bugis dari Makasar. Di era tahun 50-an, Abidin kampung Dalimo Godang berdagang kain Songket dengan mempergunakan jasa Pos dan mengirimkan dengan pos paket ke berbagai kota di Indonesia, antara lain : Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Makasar.

Masih pada era yang sama, Songket Silungkang hadir sebagai peserta di arena Pasar Malam dibeberapa kota besar di pulau Jawa, seperti pasar malam Gambir di Jakarta, pasar malam Andir di Bandung, pasar malam Simpang Lima di Semarang, pasar malam Alun-Alun di Yogyakarta, pasar malam Yand Mart di Surabaya.

Pada tahun 1974 diruangan Bali Room Hotel Indonesia Jakarta diadakan pameran Industri Kecil yang diselenggarakan oleh Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) pimpinan DR. Dewi Motik Pramono.

Dari sekian banyak hasil kerajinan industri kecil dari seluruh Nusantara yang dipamerkan pada waktu itu, merasa kagum dan bangga akan Nagari Silungkang, setelah melihat didalam sebuah kotak kaca, disana tersimpan sehelai kain Songket karya anak nagari yang telah berumur 234 tahun pada waktu itu, warna dasar merah hati ayam yang memakai benang Mokou Bulek Soriang tak sudah, bermotif Pucuk Rebung, yang mana kain Songket tersebut bukanlah milik kolektor, tetapi milik sebuah Museum di Den Haag Negeri Belanda.

Informasi dari seorang sarjana asal Koto Anau Solok, di era tahun 1990-an pernah mengikuti bidang studi di Canada, ibu kost dari sarjana tersebut menyimpan lima helai kain Songket tenunan Silungkang. Memang sudah selayaknya kampung Batu Manonggou dijadikan sebagai kawasan penghasil Songket di Nagari Silungkang, karena hampir disetiap rumah disana memiliki alat tenun (palantai) untuk memproduksi kain Songket sebagai Home Industri, istimewanya lagi bukan kaum wanitanya saja yang pandai bertenun Songket, tetapi kaum prianya juga mahir bertenun Songket.

Di masa lampau jika ada tamu yang berkunjung ke Silungkang untuk melihat bagaimana cara bertenun Songket, mereka diajak ke bawah rumah, karena disanalah diletakkan alat tenun, sekarang ini sudah ada dua show room kain Songket yang terletak ditepi jalan lintas Sumatera, lebih tepatnya dibawah kampung batu Manongou, disana juga tersedia alat tenun untuk mendemontrasikan cara bertenun Songket. Keunggulan dari kain Songket Silungkang selama ini, jika dipakai akan terlihat indah cemerlang, Songket Silungkang bukan saja berjaya di Bumi Merah Putih ini, bahkan juga berkibar dibeberapa negara Eropa seperti Belanda, Inggris, Perancis, Swiss dan Belgia bahkan ada diantara ibu rumah tangga disana yang mengoleksi kain tenun Songket Silungkang yang telah berumur antara 100 hingga 200 tahun. Bahkan di Nagari Silungkang sendiri Songket yang seumur itu sudah sangat sulit untuk ditemui.

Begitulah kisah perjalanan sejarah ilmu bertenun songket yang datangnya dari daratan negeri Cina. (SS/DAPESA)





No comments: